Film Laskar Pelangi, Diperankan Anak Belitung Tulen

Kabar gembira. Film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari novel laris dengan judul sama, rencananya akan syuting perdana pada 25 Mei mendatang.

Film ini diproduseri oleh Mira Lesmana dan disutradarai Riri Riza. Proses syuting sepenuhnya dilakukan di Pulau Belitung, agar sesuai dengan cerita yang dituturkan penulis novelnya, Andrea Hirata.

Kesepuluh tokoh Laskar Pelangi sudah ditemukan melalui casting yang dilakukan oleh Mira dan Riri, serta didampingi Andrea beberapa waktu lalu. Semuanya orang Belitung tulen. Itu sengaja dilakukan supaya mendapatkan keaslian orang Belitung.

Dari 1300 anak yang difoto dan diseleksi, akhirnya terpilih 12 orang. Dua di antaranya akan memerankan tokoh Aling (gadis yang ditaksir oleh Ikal) dan Flo (murid pindahan dari sekolah lain). Kedua orang itu bukan bagian dari kesepuluh Laskar Pelangi. Tetapi tetap menjadi bagian dari cerita, baik film maupun novelnya.

Selama sebulan, kata Mira, kedua belas anak itu mengikuti pelatihan. Kendati tidak memiliki latar belakang akting mereka dinilai berpotensi dan memiliki karakter alami untuk memerankan tokoh-tokohnya. "Mereka tinggal dibiasakan berhadapan dengan kamera saja, " kata Mira.

Sementara tokoh Bu Mus dan Pak Harfan diperankan artis kenamaan dari Jakarta. Begitu pula dengan tokoh Ikal dan Lintang remaja. Untuk Bu Mus, guru berdedikasi tinggi yang memotivasi kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi, ada tujuh aktris yang diaudisi. Sedangkan Pak Harfan, sang Kepala Sekolah, ada tiga aktor. "Kami belum bisa menyebutkan siapa yang memerankan. Nanti jika sudah tanda tangan kontrak akan dipublikasikan," ujar Mira.

Ada Hal Baru

Mira mengakui tidak mudah mengadaptasi novel menjadi karya film. Biasanya, kata Mira, kesulitannya terletak pada keterlibatan penulis novel ketika memproduksi film. Namun Andrea untungnya memberi kebebasan ke Mira dkk. "Andrea juga mengatakan tidak akan merecoki dalam penulisan skenario. Tetapi bagaimanan pun cerita ini milik Andrea. Kami tidak akan syuting jika dia tidak menyetujui skripnya," kata Mira.

Akibat kebebasan itu Mira, Riri, dan Salman Aristo yang menulis skenario, mengaku menemukan sesuatu yang baru dalam skenario. Hal itu merupakan hasil pengayaan melalui wawancara dengan beberapa tokoh dalam novel yang masih hidup.

Kelak kebaruan itu akan ditawarkan kepada penonton. Pun Andrea terkejut dan gembira ketika mengetahuinya. "Pengayaan itu menurut Andrea adalah bagian yang ingin ditulis tetapi tidak tertulis dalam novel tersebut," ungkap Mira.

Meskipun mendapat kebebasan, kata Mira, timnya sangat membutuhkan Andrea dalam proses produksi. Terutama mengenalkan Pulau Belitung, tempat kisah Laskar Pelangi itu berada. Dengan senang hati Andrea mau menemani tim film Laskar Pelangi menginjakkan kaki di pulau yang kaya akan timah tersebut. Kata Mira, Andrea memiliki ingatan visual yang luar biasa. Andrea pun banyak memberi saran dalam hal artistik.

Sementara untuk penulis skenario Mira menyerahkannya kepada Salman Aristo. Kebetulan Salman menggemari novel-novel Andrea. Ketiga novel Andrea telah Salman baca, mulai dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor. Hanya novel ke empat berjudul Maryamah Karpov karena belum terbit. Apalagi ibunya seorang guru. Jadi, dia mengerti permasalahan dalam novel Laskar Pelangi.

Tetapi Salman tidak sendirian. Dalam tradisi rumah produksi Miles, penulisan skenario prosesnya adalah three angle. Pengertiannya, jelas Mira, yang mengembangkan skenarionya tiga orang, yakni penulis skenario, sutradara, dan produser. "Jadi ini team work. Salman sebagai orang pertama yang menjadikan kerangka skenario. Setelah menjadi kerangka, saya dan Riri mengembangkannya lebih jauh lagi," katanya.

Andrea sendiri tak khawatir film Laskar Pelangi akan menjadi karya baru yang berbeda dengan novelnya. Ia memang menginginkan adanya pengembangan cerita dari novel ke film. "Film adaptasi harus beda dengan novelnya. Kalau tidak, buat apa bikin film. Intinya, semangat dalam novel tetap sama dengan filmnya," katanya Andrea.

Akhir kata, baik Mira maupun Andrea berharap film ini bakal sukses. "Mudah-mudahan film ini dapat diterima dengan baik dan bisa ditonton banyak orang. Bukan dari karena sisi komersil saja, melainkan pesan yang dapat menginspirasi banyak orang," ujar Mira.

0 comments: